Minggu, 19 Oktober 2014

Jejak Sunyi Si Pitung di Marunda

Kesan tradisional tetapi megah menyapa dari bangunan bersejarah Rumah si Pitung, di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Sebentuk bangunan berusia hampir dua abad ini merekam sepenggal jejak kehidupan sang pendekar Betawi.

Namanya memang Rumah si Pitung, tapi sebenarnya rumah itu adalah milik Haji Syaifudin, seorang tuan tanah kenalan Pitung. Alkisah, Pitung yang kerap berurusan dengan para kompeni Belanda itu sempat bersembunyi di sana. Kain batik betawi

Pitung menjadi buruan akibat ulahnya merampok orang kaya. Beragam cerita menyebutkan, hasil rampokan itu digunakan Pitung untuk mendanai perjuangan melawan Belanda. Ada pula cerita bahwa hasil rampokan dibagi-bagikan untuk rakyat kecil. 

"Dia merampok orang kaya untuk orang yang membutuhkan," kata Farhan, juru pelihara Rumah si Pitung, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu. Sepak terjang si Pitung belakangan membuat dia dijuluki sebagai Robin Hood Betawi, layaknya jago panah dari Inggris yang juga seorang perampok "budiman". 

Namun, sosok si Pitung bukan pahlawan. "Statusnya bukan seperti pahlawan nasional, tapi legenda kedaerahan saja,"

Sabtu, 04 Oktober 2014

Ondel-ondel Jalanan Akan Ditertibkan Ahok, Ini Kata Mereka

Baru-baru ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama menegaskan akan menertibkan pengemis berkedok ondel-ondel di Ibu Kota. Keberadaan mereka dianggap telah melanggar aturan yang berlaku, yakni Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Seorang ondel-ondel jalanan, Ali (16), mengaku tidak masalah dengan penertiban yang akan dilakukan Pemprov DKI Jakarta atas penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) selama ini. Kain batik betawi
"Ditertibkan sih mau tetapi kalau sampai dilarang mah jangan," kata Ali saat tengah beraksi di Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (29/9/2014) sore.
Ali memainkan ondel-ondel dari sekitar pukul 13.00 WIB hingga 18.00 WIB di kawasan Rawamangun.

Para ondel-ondel jalanan ini biasa ada di sekitaran Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jalan Balai Pustaka, dan Jalan Persahabatan. Ali mengaku mencari tambahan uang jajan sekolah karena bukan berasal dari keluarga yang berada.
Dia mengklaim, aksi 'mengemis' ini untuk mempertahankan budaya Betawi. Sebab, kata dia, masih ada orang yang belum mengetahui budaya Betawi.
"Masih ada orang-orang yang belum tahu jadi sekalian perkenalkan budaya kita (Betawi)," katanya. Ali mengatakan tidak ada cara lain menceritakan budaya Betawi kepada masyarakat. Menurut dia, cara paling mudah adalah dengan menjadi ondel-ondel.
Ia mengaku sudah keliling-keliling mencari cara melestarikan budaya Betawi. Namun, tak kunjung menemukan.
"Kayaknya sudah enggak ada cara lain. Hanya menjadi ondel-ondel itu, kan terkenalnya Jakarta sama Betawi-nya," ucap dia.
Ondel-ondel lain, Reza (16), juga tidak keberatan ditertibkan asalkan ada cara lain memgenalkan budaya Betawi ke warga lain. "Kalau dipikir ini secara tidak langsung kita lestarikan budaya Betawi," kata Reza.
Bahkan, kata dia, menjadi ondel-ondel bukan hal berlebihan di jalanan. Seringkali orang mengabadikan gambar bersama 'ondel-ondel jadi-jadian' saat ia sedang beraksi.
Meski masih duduk di bangku sekolah, Ali dan Reza belum sekalipun ditertibkan. Mereka justru mengetahui ada penertiban semacam itu di Jakarta Pusat. "Adanya di Monas (Monumen Nasional, Jakarta Pusat) tuh yang ditertibkan.